Mengenal Asal Usul Nama Walantaka Di Kota Serang

Sepucuk Meriam Milik Kerajaan Banten, Simpan Kisah Sunan Gunung Jati

Walantaka merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam daerah administrasi Kota Serang, tepatnya terletak di sebelah tenggara Kota Serang.

Sebagai daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Serang, Walantaka ini letaknya di pertengahan berbatasan dengan pusat perekonomian Kabupaten Serang yakni tidak jauh dari pasar Ciruas. Sebagai salah satu daerah yang masuk dalam wilayah administrasi Kota Serang yang dulunya terkenal dengan persawahan, hingga kini Walantaka juga masuk sebagai salah satu daerah di Kota Serang yang masih memiliki lahan persawahan.

Nama Walantaka sendiri diambil dari nama Kalantaka. Berdasarkan cerita rakyat, Kalantaka ini adalah nama sepucuk meriam yang pernah dimiliki oleh kerajaan Banten,yang mana dalam Babad Banten diceritakan bahwa Ki Kalantaka ini merupakan satu dari dua meriam yang dirampas dari kapal oleh orang Parenggi (Eropa) atas perintah mangkubumi.

Pada peristiwa peperangan antara Banten dengan sebuah armada Belanda sebesar 11 buah kapal yang menyusun dalam satu barisan dari pulo lima sampai pulo dua, meriam ini dipercayakan kepada Pangeran Lor untuk jaga dan di pergunakan dalam menembak musuh.

Sementara, selain berasal dari nama meriam Ki Kalantaka, berdasarkan cerita versi lainnya, nama Walantaka berkaitan dengan kisah perjalanan Sunan Gunung Jati dari Cirebon ke Banten dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam di pulau Jawa bagian Barat.

Singkat cerita, dalam proses perjalanan yang cukup memakan waktu, Sunan Gunung Jati memerintahkan rombongannya untuk berisitirahat sejenak ditempat pesanggrahan (peristirahatan). Setelahnya, perjalanan dilanjutkan ke arah barat tujuan Banten Girang yang dahulu merupakan pusat kerajaan bercorak Hindu Budha di wilayah barat Pulau Jawa.

Ditengah perjalanan, kemudian Sunan Gunung Jati menanyakan berapa lama perjalanann yang sudah di tempuh kepada salah seorang ponggawanya (pengawal).

Ponggawa pun langsung menghitung lamanya perjalan dan memberitahukan kepada Sunan Gunung Jati bahwa perjalanan yang sudah ditempuh dari Cirebon selama satu bulan. Mendengar itu, Sunan Gunung Jati pun menimpalinya dengan kalimat (bahasa Cirebon), ‘Ooh jadi sewulan nembe teka’ yang memiliki arti oh sebulan baru sampai.

Ucapan sewulan nembe teka yang dilantunkan Sunan Gunung Jati di tempat pesanggrahan itulah, kemudian menjadi dasar nama Wulanteka yang seiring berkembangnya zaman pengucapan Wulanteka tersebut berubah menjadi Walantaka.

Kecamatan Walantaka dalam Babad Banten dan Permulaan Islamisasi Sunan Gunung Jati

Walantaka Versi Kedatangan Belanda

Berada di wilayah paling timur, Kota Serang, Kecamatan memiliki 14 keluarahan. Yakni, Cigoong, Kalodran, Kepuren, Kiara, Lebakwangi, Nyapah, Pabuaran, Pageragung, Pasuluhan, Pengampelan, Pipitan, Tegalsari, Teritih dan Walantaka.

Sumber sejarah menyebut Kecamatan Walantaka berkaitan dengan perjalanan Sunan Gunung Jati Cirebon dalam proses melakukan islamisasi di Banten.

Pesanggarahan Sunan Gunung Jati

Ini bermula setelah Sunan Gunung Jati melakukan perjalanan yang memakan waktu lama, ia memerintahkan kepada rombongannya untuk beristirahat di suatu tempat yang kini dikenal Kampung Pesanggarahan (peristirahatan).

Setelah selesai istirahat dan sholat, Sunan Gunung Jati bersama rombongan kembali melakukan perjalanan ke barat dengan tujuan Banten Girang, pusat Kerajaan Sunda, yang bercorak Hindu Budha.

Sebelum berangkat Sunan Gunung Jati bertanya kepada seseorang ponggawanya, berapa lama waktu yang telah ditempuh selama perjalanan dari Cirebon sampai Pesanggarahan.

“Tempat persinggahan Sunan Gunung Jati tersebut akhirnya dinanamakan Wulanteka, oleh pengucapan yang berkembang kemudian Wulanteka, dan berubah menjadi Walantaka sampai saat ini,” urai Dadan.

Walantaka Versi Kedatangan Belanda

Versi lain mengatakan, bahwa nama Walantaka ada kaitannya dengan kedatangan Bangsa Belanda ke daerah tersebut.

Konon masyarakat memberitahukan kedatangan itu dengan mengatakan, ‘walanda… teka, Walanda teka’,

“Maka terciptalah dari kata-kata itu Walantaka,” kata Dadan lebih lanjut.

Walantaka dalam Cerita Babad Banten

Cerita lain menyebut, Walantaka diambil dari nama Kalantaka, yaitu nama sepucuk meriam yang dimiliki oleh Kesultanan Banten.

Diceritakan dalam Babad Banten, Ki Kalantaka dan Urangayu adalah dua meriam yang dirampas dari kapal orang Peranggi (orang-orang Eropa) atas perintah Mangkubumi.

Dalam Pupuh 24 Babad Banten tercatat, peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan Pangeran Muhammad.

Meriam ini juga dipakai dalam peristiwa peperangan antara Banten dengan 11 armada kapal Belanda yang menyusun dalam barisan dari Pulau Lima sampai Pulau Dua.

“Dalam peristiwa peperangan tersebut, Meriam Ki Kalantaka dipercayakan kepada Pangeran Lor untuk bertanggungjawab menjaga dan menembakannya kepada pasukan musuh,” papar Dadan menceritakan.

 

Sumber :

Proserang.com – Kabar-Banten.com – buku Toponimi Nama-Nama Tempat Berdasarkan Cerita Rakyat, sebagai Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten tahun 2014 yang disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudin,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250